Kamis, 27 Desember 2012

Menyenangkan Orang Lain


Ada sebuah kisah, di sebuah toko meubel. Saat itu ada seorang bapak-bapak datang ke toko mebel dengan membawa sebuah sofa yang cacat. Dia berkata dengan nada marah ,"Apa-apaan ini ? Sofa yang saya beli cacat. Jahitannya tidak kuat dan sekarang terbuka. Padahal baru saya beli kemarin."

Pemilik toko meubel langsung menanggapinya dengan sopan. Maaf pak, mungkin itu memang kesalahan kami, kami akan langsung menggantinya pak. Tanpa banyak bicara si pemilik toko meubel memerintahkan anak buahnya untuk mengambil meubel yang cacat tadi dan segera menggantinya dengan yang baru.

Setelah menerima sofa yang baru, pembeli tadi segera pulang. Hatinya sudah mulai terobati walaupun sebenarnya masih kurang puas.

Si anak pemilik toko meubel tadi berkata kepada ayahnya "Ayah, kenapa ayah mengganti sofa tadi? Bukankah sofa itu belinya bukan dari tempat kita ?" "Biar saja anakku. Sekali-kali kita berusaha menyenangkan orang lain".

Keesokan harinya Pembeli tadi datang lagi ke toko meubel sambil membawa sofa yang kemarin dibawanya. Kali ini dia tidak berkata kasar. Justru dia berkata dengan penuh lemah lembut. "Pak maafkan saya ya, saya baru sadar, kalau sofa saya yang cacat itu tidak dibeli dari sini., jadi sofa ini saya kembalikan."

Pemilik toko berkata, "Tidak perlu dikembalikan pak,  sofa itu buat bapak saja". Si pembeli tetap ngotot mengembalikan, tetapi pemilik toko meubel tetap menolaknya. Akhirnya sofa tadi diterima oleh pembeli.

Singkat cerita, kisah tadi semakin lama terdengar di masyarakat, dan akhinya justru membuat toko meubel tadi menjadi semakin laku keras. Masyarakat menjadi semakin percaya kepada toko meubel tadi.

Jadi, dalam berjualan apaun, buatlah masyarakat supaya percaya kepada anda.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar