Jumat, 30 Juli 2010

Pasif Income


-->

Istilah pasif income pertama kali dikemukakan oleh Bux Minster Fuller. Istilah ini kemudian dipopulerkan oleh muridnya, yaitu Robert T. Kiyosaki, dalam bukunya Rich Dad and Poor Dad. Pasif Income adalah uang yang bisa kita dapatkan tanpa kita harus terlibat di dalamnya.

Pada dasarnya kita semua memiliki pasif income. Setiap orang yang punya tabungan pasti memiliki pasif income. Karena setiap tabungan pasti ada bunganya. Bunga inilah yang kita sebut pasif income. Problemnya bunga dari tabungan ini sangatlah kecil. Sehingga jika kita mengambilnya maka biaya pengambilannya akan lebih besar daripada bunga yang kita dapat.

Menurut Robert T. Kiyosaki, orang kaya adalah orang yang pasif incomenya lebih besar daripada gaya hidupnya. Jadi, orang dikatakan kaya atau miskin bukan karena berapa banyak harta yang dimilikinya atau berapa besar penghasilannya. Jika seseorang memiliki penghasilan 10 milyar/bulan, sementara dia memiliki gaya hidup 11 milyar/bulan maka orang tersebut dikategorikan orang miskin. Akan tetapi jika orang memiliki pasif income Rp 500.000,-/bulan sedangkan gaya hidupnya hanya Rp 300.000,-/bulan maka orang tersebut bisa dikategorikan sebagai orang kaya. Akan tetapi jika Rp 500.000,- tadi berasal dari kerja dia maka orang tersebut masih dikategorikan sebagai orang miskin.

Nah, sekarang pasif income itu bisa dari mana saja. Pasif income bisa berasal dari sewaan, misalnya kost-kostan, perusahaan yang sudah bisa berjalan tanpa kita harus terlibat, penghasilan dari royalty, reksadana, saham-saham yang menghasilkan deviden, deposito, dan lain-lain. Anda bisa memilih pasif income apa yang akan anda bangun?

Senin, 26 Juli 2010

Uang Akar Dari Segala Kejahatan


Dalam masalah uang orang ingin selalu punya uang banyak. Akan tetapi banyak hal-hal tertentu, entah itu disadari atau tidak disadari akan menghambat dia untuk memiliki uang banyak. Misalanya adanya perkataan “Uang adalah akar dari segala kejahatan”.

Sepintas memang pernyataan ini benar. Akan tetapi kalau kita berfikir lebih jauh, apakah memang uang yang menyebabkan orang menjadi jahat. Jika memang iya, tolong berikan uang anda kepada saya. Kalau sudah begini maka anda akan berfikir 2 kali. Atau bahkan 3 kali. Benarkah uang adalah akar dari segala kejahatan ?

Bagaimana jika dibalik “Tidak punya uang adalah akar dari segala kejahatan?” . “menginginkan uangnya orang lain secara tidak halal adalah akar dari segala kejahatan. Apakah anda setuju dengan pernyataan ini?

Memang ada orang-orang tertentu yang berbuat jahat karena tidak punya uang. Meka mencuri, merampok, mencopet dan sebagainya karena memang tidak punya uang. Jadi justru karena tidak punya uanglah mereka menjadi jahat. Dalam kitab suci tidak ada pernyataan “Uang adalah akar dari segala kejahatan”. Yang ada adalah “Cinta uang adalah akar dari segala kejahatan.” Dalam agama Islam terdapat hadist nabi yang kurang lebih isinya “Hampir saja orang fakir menjadi kafir”

Maka jika anda ingin kaya, hati-hati manggunakan kalimat ini, karena hati kecil anda pasti tidak mau berbuat jahat. Jika anda tetap berfikir uang adalah akar dari segala kejahatan, sedangkan anda ingin menjadi kaya maka fikiran ini akan menghambat anda.

Sabtu, 03 Juli 2010

Memilih Bisnis


Jika anda termasuk orang yang masih merenungi usaha yang cocok atau sedang mempertanyakan usaha yang tengah anda jalani, itu sudah pas sebagai jalan menuju masa depan anda. Ketahuilah bahwa ada banyak fakta yang membuat anda banyak merenung ulang. Simak berikut ini

1. Pada umumnya semua jenis barang memilikipeluang ,mencetak keuntungan dan kerugian. Misalnya, anda mengira bahwa warung makan padang lebih untung dari warung tegal. Persoalannya jika warung makan padang Anda tidak laku, bisakah anda untung ? Sejak pertengahan tahun 1990-an, banyak orang berbondong-bondong membuka bisnis IT (information Technology). “Ini adalah bisnis masa depan”, kata mereka. Mengapa selanjutnya bisnis tersebut rontok? Salah satu soalnya adalah pembelinya belum banyak. Sebaliknya banyak orang yang menjalankan bisnis yang tampaknya sepele, ternyata memberikan keuntungan yang memadai, misalnya barang bekas, sampah, dan limbah pabrik. Jadi, permasalahannya bukan pada jenis produk, tetapi pasarnya. Anda boleh merasa keren menjalankan bisnis IT, tapi bukan berarti mereka ang berbisnis sampah tidak mendapatkan keuntungan yang memadai.

2. Sebagian besar usaha mengalami kebangkrutan bukan disebabkan oleh persaingan, melainkan oleh kekurangmampuan mengelola SDM. Banyak perusahaan bisa tumbuh cepat kemudian bangkrut.

3. Ada orang yang mengira jika bisnis dikelola dengan hobi, akan melaju pesat. Faktanya tidak selalu begitu. Hobi memang membantu anda untuk mengetahui seluk beluk kegiatan yang terkait dengan hobi tersebut. Namun, ketika hobi menjadi bisnis, anda perlu mencermati pola jual beli yang layak agar bisa menguntungkan usaha anda. Seorang yang hobinya mengoleksi mobil, ketika jual beli mobil bisa mengalami kesulitan saat menyukai satu mobil tertentu yang seharusnya segera dijual.

4. Menjual barang yang murah belum tentu laku. Ini adalah soal nilai yang diterima pembeli. Banyak barang yang sangat mahal lebih laku dari pesaing yang menjual lebih murah. Hal ini karena barang dengan harga semahal pembeli merasa memperoleh sesuatu, mungkin kualitas produk, kualitas pelayanan, ataupun soal gengsi saja. Ini soal besarnya “nilai” yang diterima pembeli.

5. Banyak orang ingin melakukan usaha yang belum dilakukan orang lain. Padahal dengan memulai usaha baru yang belum dilakukan orang lain, berarti harus melakukan investasi uang dan waktu yang lebih besar untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang Anda jual bermanfaat bagi konsumen.

sumber : Langkah Jitu memulai bisnis dari nol (Bambang Suharno)

Kamis, 01 Juli 2010

Menjelaskan Detail Proses Pembuatan



Seorang konsultan pemasaran ketika melihat proses pembuatan bir, ternyata minuman keras ini disuling (didestilasi/dipanaskan lalu diuapkan kemudian diembunkan sampai keluar H2O murni) sebanyak 9 kali. Konsultan ini bilang, “Ini harus dipaparkan.” Pemilik perusahaan bilang, “Semua perusahaan bir melakukan hal yang sama.” Konsultannya bilang,”Tidak masalah, menceritakan detail preoses pembuatannya yang unggul ini mengesankan bir anda punya nilai lebih disbanding biro rang lain. Cerita ini berakhir dengan sukses. Ketika cara pembuatan bir melalaui 9 kali penyulingan tersebut dipaparkan, bir tersebut laris di pasaran. Ketika perusahaan lain mengetahui hal ini maka mereka mencoba membuat iklan yang sama, akan tetapi pembeli menganggap perusahaan tersebut hanya ikut-ikutan.

Sumber : Marketing Revolution (Tung Desem Waringin)