Selasa, 07 April 2009

Cari Uang



Kebanyakan orang berfikir bahwa satu-satunya cara untuk mencari uang adalah dengan bekerja. Padahal masih banyak cara lain untuk mencari uang. Jika seseorang berfikir seperti ini maka di hari tuannya dia akan kecapekan untuk bekerja.
Banyak orang yang berfikir bahwa perjalanan hidup ini harus mengikuti jalur-jalur tertentu. Misalkan setelah lulus SD masuk ke SMP, kemudian melanjutkan ke SMA, setelah itu dilanjutkan dengan kuliah. Sehabis lulus kuliah tentunya mencari kerja. Tidak berapa lama setelah kerja kemudian menikah, dan setelah memiliki anak, anaknya mengikuti siklus yang sama dengan dia.
Boleh tidak hidup seperti itu? Ya boleh-boleh saja. Tidak ada yang melarang. Tapai kalau seseorang ingin mendapatkan uang dalam jumlah banyak maka harapan saya jangan hidup monoton seperti itu.
Kalau masih ingin mengikuti jalur itu, setelah kuliah usahakan jangan hanya kerja. Berusahalah untuk mempelajari tentang uang. Pelajari bagaimana cara yang jitu dalam mencari uang.
Misalnya kita ingin mencari uang dengan mencari kerja. Tentu saja sebagus-bagusnya kita berkarier, perusahaan hanya akan memberikan batas tertentu dalam gaji. Sehingga sulit sekali kita menjadi kaya raya dengan menjadi karyawan.
Cara yang lebih tepat untuk menjadi kaya raya adalah dengan berbisnis. Dengan cara ini kita akan lebih mudah untuk mengubah penghasilan kita. Resiko selalu ada. Menjadi karyawan juga memiliki resiko. Resiko terburuk menjadi karyawan adalah di PHK. Apakah resiko berbisnis lebih besar dari karyawan?
Sebenarnya kalau pengusaha memiliki resiko bangkrut dalam menjalankan bisnisnya, berarti karyawan yang kerja di tempat dia menanggung resiko yang sama. Yang terpenting ketika menjadi pengusaha kita berusaha untuk meminimalkan resiko.
Perbandingan resiko antara pengusaha dengan karyawan adalah seperti perbandingan antara sopir dan penumpangnya. Jika sopirnya celaka gara-gara tabrakan atau mobilnya masuk jurang maka penumpang juga akan terkena efeknya. Bahkan tidak menutup kemungkinan penumpangnya celaka tetapi sopirnya selamat. Dalam dunia kerja juga begitu, bisa jadi karyawan resikonya lebih tinggi dibandingkan dengan pengusaha.
Dibandingkan dengan penumpang, seorang sopir tentunya lebih berkuasa dalam mencegah suatu kecelakaan. Begitu juga pengusaha lebih berkuasa dalam meminimalisir setiap resiko di suatu perusahaan.
Sekarang dalam hal kekayaan. Ada orang yang berkata ,”Saya sering melihat seorang pengusaha yang penghasilannya jauh lebih kecil dibandingkan karyawan.”
Memang benar ada pengusaha yang penghasilannya lebih kecil dibandingkan dengan karyawan. Sebagai contoh misalnya seorang pengusaha gorengan yang penghasilannya hanya 1 juta per bulan dibandingkan dengan seorang insinyur yang bekerja di perusahaan asing dengan gaji 20 juta per bulan. Bisakah pengusaha gorengan tadi memiliki penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan karyawan tadi ?
Bisa jika dia memiliki jiwa entrepreneur.
Jika pengusaha tersebut memiliki jiwa entrepreneur maka dia akan melakukan langkah-langkah srtrategis. Salah satunya usaha untuk memperbaiki produksinya agar selalu memiliki nilai tambah. Misalnya dari segi rasa gorengannya, lokasi dagangnya, kebersihannya, dan lain-lain. Biasanya setelah nilai-nilai tambah ini semakin kuat maka gorangannya akan laku keras. Dengan kondisinya yang laku keras ini maka pengusaha tersebut akan membuka cabang-cabang berikutnya.
Mungkin ada yang bertanya ,”Untuk membuka cabang kan membutuhkan modal juga”. Memang benar untuk membuka cabang membutuhkan modal, akan tetapi tidak harus dari kita sendiri. Kita bisa mencari investor.
Ada orang yang berkata, “Saya punya pengalaman untuk mencari investor, ternyata mencari investor itu susah sekali.”
Mencari investor bisa mudah bisa susah, tergantung keahlian kita. Akan tetapi jika kita sudah memiliki bisnis yang sudah jelas berjalan, mencari investornya jauh lebih mudah dibandingkan dengan perusahaan yang baru mau dibangun.
Coba bayangkan, seandainya pengusaha ini memiliki 100 cabang dan anggap saja setiap cabang memberikan penghasilan bersih 250 ribu per bulan, maka orang ini setiap bulannya menerima penghasilan bersih 25 juta.
Jika pengusaha ini terus mau belajar maka dia pasti bisa mengantur perusahaannya tanpa keterlibatan dia. Ini yang sering diberi nama pasif income.
Yang lebih baik lagi biasanya pengusaha yang seperti ini tidak berhenti di situ saja, dia akan terus mengekspansi usahanya dengan cara menambah cabang atau membuka jenis usaha baru.
Bandingkan dengan karyawan yang memiliki penghasilan 20 juta per bulan tadi, sudah barang tentu dia tidak memiliki banyak waktu dibanding pengusaha gorengan tadi.
Nah mungkin ada juga yang masih berkomentar “Wah, untuk merubah pengusaha gorengan kecil tadi menjadi pengusaha gorengan yang memiliki 100 cabang tadi tentu tidak mudah bukan ?”
Mungkin memang iya buat yang tidak tahu caranya. Tapi buat yang tahu caranya maka semua itu tidak sesulit membangun perusahaan baru.
Bagaimana caranya?
Di bagian ini sengaja saya tidak membahasnya. Tapi kalau saya ingin meringkas cara itu, maka caranya adalah sering-sering bergaul dengan para pengusaha, bisa melalui komunitas bisnis, sering-sering menghadiri pertemuan bisnis, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar