Minggu, 20 Desember 2009

Dari Office Boy Jadi Miliarder



Kompas.com, A Pramono, Dari Office Boy Jadi Miliarder

KOMPAS.com – Kisah perjalanan hidup A Pramono (34) mirip cerita sinetron. Belasan tahun lalu, ketika pria kelahiran Madiun ini mengadu nasib ke Ibu Kota Jakarta, ia memulainya dengan menjadi office boy di sebuah perusahaan swasta. Lalu ia beralih menjadi pedagang ayam bakar di pinggir jalan. Ternyata sukses. Kini Pramono sudah menjadi miliarder yang memiliki banyak usaha. Siapa yang tidak ngiler?

“Kalau cerita saya dibikin sinetron mungkin akan menarik,” kata pria pemilik usaha Ayam Bakar Mas Mono ini ketika bercakap cakap dengan Warta Kota di salah satu kedainya di Jalan Tebet Raya No 57, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Namun, ayah satu anak yang akrab dipanggil Mas Mono ini buru buru menambahkan bahwa sukses bisa diraihnya setelah melewati proses yang cukup panjang. la meyakini, dalam hidup ini tidak ada sesuatu yang instan. Artinya, kalau ingin sukses mesti lewat perjuangan.

“Orang tidak tahu dan mungkin tidak mau tahu, ketika memulai usaha ini saya harus ke pasar jam tiga dinihari. Jam empat subuh sudah menyalakan kompor, ketika kebanyakan orang masih tidur,” ujar Pramono.

Awalnya, suami Nunung ini berjualan ayam bakar di pinggir Jalan Soepomo, Jakarta Selatan, persisnya di seberang Universitas Sahid. Di tempat itu, setiap hari-kecuali hari libur dia menggelar tenda, bangku dan meja untuk berdagang.

Dengan memakai kaus, celana gombrang dan sandal jepit, dia setia melayani pembeli yang datang dari pagi sampai pukul 14.00. Sebagian pembelinya adalah mahasiswa dan orang kantoran yang bekerja di wilayah tersebut.

“Tapi ya namanya dagang kaki lima, ada gilirannya. Saya dagang dari pagi sampai siang. Dagangan habis nggak habis saya harus tutup. Lalu, jam 14.00 diganti pedagang lain yang menjual nasi goreng, pecel lele dan seafood,” tutur Pramono sambil memperlihatkan foto lamanya di laptop.

Pria yang menamatkan S3 (maksudnya tamat SD, SMP, SMA) di Madiun ini belakangan akrab dengan laptop karena dia menjadi salah seorang mentor nasional dari Entrepreneur University (EU). Foto-foto lamanya itu menjadi salah satu bahan presentasinya ketika membawakan materi tentang wirausaha.

Menurut Pramono, sejak dulu dia suka fotografi tapi hanya sebatas hobi. Bukan karena dia tahu akari sukses. Jika diamati, foto Pramono saat masih berjualan di pinggir jalan dan saat ditemui Warta Kota beberapa hari lalu, memang berbeda jauh. Dulu dia terlihat kurus, sekarang tampak macho dan keren.

“Ya, bedalah Mas. Dulu tidak terawat, sekarang terawat. Dulu nggak punya tabungan,sekarang tabungan banyak di bank,” ujarnya sambil menunjukkan tabungannya yang pernah mencapai persis Rp 1 miliar.

Senang belajar

Salah satu kebiasaan positif yang dimiliki Pramono dan sangat memberi inspirasi adalah kesenangannya belajar sesuatu yang baru untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Tahun 1999, ketika menjadi office boy di sebuah perusahaan swasta, Pramono selalu memanfaatkan,waktu luangnya dengan belajar komputer. Bukan bermain bermain game seperti kebanyakan orang. Sebab dia tahu, dengan menguasai keterampilan itu kariernya bisa naik dan gajinya juga akan lebih besar.

Pramono benar, karena kariernya terus meningkat hingga akhirnya diangkat menjadi supervisor. Meski jabatannya cukup tinggi tapi dia terus tertantang untuk meningkatkan taraf hidupnya. Cita-citanya cuma satu, bagaimana caranya lebih membahagiakan orang-orang yang dicintai, keluarga dan orangtuanya.

Akhirnya, tahun 2001 dia keluar dart perusahaan tersebut dan memulai usaha dengan berjualan gorengan keliling di seputar,wilayah Pancoran, Jakarta Selatan. Langkahnya rada ekstrem. Sebab, bagi Pramono, untuk memulai usaha tidak perlu banyak berpikir, apalagi menghitung rugi laba. Yang terpenting adalah melakukan action.

“Banyak saudara saya yang tidak terima dengan keputusan itu. Apalagi pada awal-awal berdagang, omzetnya baru Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per hari,” ujarnya.

Meski menghadapi banyak tantangan, Pramono tidak mau mundur. Sampai akhirnya dia mendapat lapak kosong di seberang Universitas Sahid. Dengan modal Rp 500.000 untuk membeli gerobak dan peralatan lainnya, termasuk ayam lima ekor, Pramono membuka lembaran barunya dengan menjual ayam bakar. Namun karena belum mahir mendorong gerobak, pernah suatu ketika ayam dagangan jatuh ke pasir. Terpaksa ayam tersebut harus dibersihkan dulu.

“Kalau orang lain mungkin sudah mikir macam-macam. Wah ini tanda sepi, nggak laku, karena baru mau jualan ayamnya sudah jatuh, sial. Namun, kalau saya justru berpikir lain. Wah, ini pertanda bagus, dagangan saya bakal laku. Sebab, saya menggunakan otak kanan. Selalu optimis dan percaya dirt,” tegas Pramono.

Terlepas dart peristiwa itu, beberapa tahun kemudian usaha Ayam Bakar Mas Mono berkembang pesat. Dia mempunyai 13 cabang dan dalam satu hari bisa menjual 1.000 ekor ayam. “Sampai sekarang saya merasa seperti mimpi. Kok bisa ya,” kata Pramono. (hes/Warta Kota)

Kamis, 17 Desember 2009

100 Juta Seminggu Didapat Oleh Lulusan SD Tanpa Modal



PRINSIP WIN-WIN

Prinsip Win-win ada 2 macam,
1. Kita win baru orang lain win
2. Orang lain win baru kita win

Prinsip yang ke 2 jauh lebih baik daripada yang pertama. Usahakan dalam hidup ini kita buat orang lain win, baru kita yang win
Jangan sampai terjadi win-lose, kita win dan orang lain lose. Kerjasama seperti ini tidak akan pernah berlangsung lama, karena orang lain kapok
Atau jika orang lain win, kitanya lose, maka kerjasama tidak akan berlangsung lama
Yang jelas tidak boleh adalah lose-lose

Ada sebuah kisah nyata, seseorang bernama Choki, dia adalah lulusan SD, usia 20 tahun. Kerjanya sebagai tukang kopi di tukang bubur ayam. Bikin bubur ayam saja belum boleh, karena baru asisten. Kerjanya spesial bikin kopi saja

Suatu hari Choki ini memahami istilah win-win ini. Dia teringat bahwa ada orang menjual rumah di dekatnya. Sudah setahun rumah itu tidak laku-laku.
Kemudian dia mencoba menanyakan kepada pemiliknya, terjadilah dialog sbb :

Choki : "Pak berapa harga rumah ini?"
Pemilik : "Rp 360 juta"
Choki : "Boleh engga saya beli 380 juta?"
Pemilik : "Lho, saya ini 360 mau, kok kamu malah nawar 380 juta?"
Choki : "Pak, saya baru bayar 3 bulan kemudian"
Pemilik : "kamu tidak punya uang?"
Choki :" Ya, jadi rumah ini akan saya jual, nanti kalau laku akan saya bayarkan ke bapak Rp 380 juta"
Pemilik :"Kalau tidak laku bagaimana?"
Choki :"Saya akan mengembalikan pada Bapak"
Pemilik :"Lho kalau gitu saya rugi"
Choki : "Ya, daripada 1 tahun juga tidak laku, padahal kalau Bapak mau sabar, dalam waktu 3 bulan Bapak akan memperoleh tambahan Rp 20 juta"
Pemilik :"OK lah kalau begitu"

Akhirnya Choki memperoleh hak rumah itu selama 3 bulan. Ternyata setelah diiklankan dalam seminggu rumah tersebut laku Rp 480 juta. Akhirnya dia memberikan Rp 380 juta kepada pemiliknyam, dan dia memperoleh bersih Rp 100 juta.

============================================
Pada saat itu Choki berusaha membuat pemiliknya win, yaitu dengan menaikkan harga terlebih dahulu. Dan Akhirnya Choki juga win, yaitu mendapat Rp 100 juta dalam 1 minggu.
Apakah ini hanya kebetulan?
Tidak. Karena ternyata banyak kasus yg terjadi seperti ini. Bahkan prinsip-prinsip ini sering dijalankan oleh para milyader, sehingga seringkali mereka menjalankan bisnis tanpa harus mengeluarkan uang.
Prinsip ini sering juga disebut NAIKKAN HARGA, TURUNKAN SYARAT

Sumber : TDW

Sabtu, 12 Desember 2009

Roti Tawar 300 juta



Bagaimana caranya menjual sepotong rot tawar dengan harga 300 juta dan orang masih berebut?

Caranya sebenarnya mudah, yaitu roti tawarnya diberi hadia emas senilai 850 juta.Wah pantesan, tapi apa tidak rugi?
Ternyata tidak, karena emasnya beli di pabriknya, harganya 250 juta. Jadi penjualnya masih untung 50 juta
Sekarang ini banyak penjualan yang sensasional. Ketika persaingan sudah semakin ketat dengan membanting harga, maka kita harus kreatif. Jika dalam marketing kita hanya membanting harga, berarti kita tidak punya inovasi dalam marketing.
Bagaimana penerapan penjualan roti tawar di atas? Sebenarnya mudah. Salah satu kisah nyata adalah sebagai berikut :
Ketika kredit sepeda motor sudah saling membanting harga , misalnya DENGAN UANG 200 RIBU ANDA BISA MEMBAWA PULANG SEPEDA MOTOR HONDA. maka ada tempat baru yang kreatif, yaitu FIF.
FIF membuat iklan DENGAN UANG 300 RIBU, ANDA BISA MEMBAWA PULANG SEPEDA MOTOR HONDA + MEJA BELAJAR SENILAI 450 JUTA RUPIAH. Ketika seseorang mengecek harga meja belajarnya di toko lain, ternyata memang Rp 450 ribu.Kenapa bisa begitu? karena meja belajarnya beli di pabriknya, harganya hanya 100 ribu.
Anda juga bisa berinovasi dengan cara seperti ini kan?
Seperti :Berhadiah batik katun senilai Rp 150 ribu, padahal anda beli batik katunnya di klewer, Solo.
Berhadiah payung cantik senilai Rp 42 ribu, padahal anda beli gi grosir, Rp 12 ribu, dan sebagainya.

Jumat, 11 Desember 2009

Sinergi Antara Bisnis Dan Property




Berikut ini adalah pengalaman Pak Purdi Chandra dalam membuat sinergi antara bisnis dan property
Saat masih merintis usahanya, Purdi telah membeli rumah dengan luas tanah 400m2 seharga 60 juta rupiah. Untuk membiayai pembelian ini ia menggunakan KPR dari bank papan senilai Rp 50 juta rupiah.


Tahun berikutnya ia mengagunkan rumah tersebut ke bank BTN. Dia katakan bahwa dia membutuhkan modal untuk mengembangkan primagama dan masih punya hutang di bank papan dengan agunan rumah. Dia meminta petugas bank untuk melakukan penilaian jika rumah tersebut diagunkan ke bank BTN. Maksudnya dia ingin mengetahui besaran kredit yang ia dapatkan di bank BTN. Setelah dilakukan penilaian, ternyata Bank BTN berani mengucurkan kredit sebesar 150 juta rupiah.

Dengan uang 150 juta rupiah dari bank BTN tersebut, Purdi melunasi sisa cicilan hutang di bank papan dan sisanya dipakai sebagai modal untuk membuka cabang Primagama.
Tahun berikutnya dengan metoda yang sama, Purdi mengambil pinjaman dari bank Exim sebesar 250 juta rupiah. Dengan uang itu dia mengambil pinjaman di bank BTN dengan menggunakan sisanya untuk membuka cabang Primagama. Selanjutnya, bank BRI memberikan pinjaman sebesar 350 juta rupiah dan terakhir bank BNI mengucurkan kredit sebesar 600 juta rupiah

Sekarang setetlah 14 tahun berselang, harga rumah Purdi yang semula Rp 67 juta rupiah dengan luas 180 m2 sudah menjadi 1 milliar rupiah dan mengalami renovasi sehingga luas bangunanya menjadi 350m2. Dahsyat bukan ?